Rabu, Mei 18, 2011

Rabi’ah al-‘Adawiyah

(Wafat 801 M)
Perempuan sufi paling terkenal dalam sejarah Tasawuf yang juga dikenal sebagai Rabi’ah dari Bashrah. Kehadiran Rabi’ah dalam sejarah Tasawuf menggambarkan betapa isu jender tidak menjadi kendala dalam mencapai pengakuan superioritas spiritual. Sebagai seorang perempuan yang pernah mengalami status budak, yang memiliki kedekatan dengan Allah atas dasar cinta, Rabi’ah sering dipersamakan dengan istri Nabi Ibrahim dan ibu Nabi Isma’il, Hajar. Dalam kepasrahannya kepada Allah ditengah-tengah sahara Makkah, Allah berdialog dengan perempuan bernama Hajar, lalu menganugerahinya Sumur Zam-Zam.
Rabi’ah dikenal sebagai pencetus konsep jalinan cinta mendalam antara manusia dengan Allah. Sejarah yang selalu melekat pada pribadi Rabi’ah adalah ketika dirinya berkeliling kota Basra sambil membawa obor di genggaman tangan kirinya dan gayung air di tangan kanannya, menjawab pertanyaan yang membuat orang terheran-heran. Rabi’ah berkata,” Untuk membakar surga dan memadamkan neraka; hal ini saya lakukan untuk mengetahui secara jelas siapa yang menyembah Allah karena takut dari api neraka atau mengharap surga.” Dengan kata-kata ini, Rabi’ah ingin menyadarkan manusia bahwa seseorang menyembah Allah harus karena kesadaran yang dilandasi cinta kepada-Nya. Bagi Rabi’ah, hatinya telah terisi penuh dengan kecintaan kepada Allah sehingga tak ada tempat tersisa untuk kecintaan selain-Nya, walau terhadap Nabi Muhammada sekalipun.
Rabi’ah dapat dikatakan sufi pertama yang berbicara tentang kecemburuan Tuhan, yakni bahwa cinta tidak boleh tertuju selain-Nya. Konsep cinta yang mendalam kepada Allah, menurut Rabi’ah, sebagai manifestasi dari jalinan al-Qur’an (QS. 5: 54). Dalam ayat tersebut Allah menyatakan bahwa jalinan cinta bermula dari Allah kepada hamba-Nya, baru kemudian dari hamba-Nya kepada Allah. Tidak dapat disangkal, Rabi’ah telah meletakkan dasar-dasar konsep cinta sejati kepada Allah, yang lantas menjadi inspirasi bagi para sufi sepanjang masa. Untuk itu, Rabi’ah senantiasa dikenang sebagi seorang panutan dan model serta sosok seorang hamba yang mencintai Allah tanpa pamrih apapun.


Disadur dari buku :
Membedah Islam di Barat
Menepis Tudingan Meluruskan Kesalahpahaman
Alwi Shihab
PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2004
Halaman 264-265

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar positif dan membangun di harapkan