Perempuan sufi paling terkenal dalam sejarah Tasawuf yang juga dikenal sebagai Rabi’ah dari Bashrah. Kehadiran Rabi’ah dalam sejarah Tasawuf menggambarkan betapa isu jender tidak menjadi kendala dalam mencapai pengakuan superioritas spiritual. Sebagai seorang perempuan yang pernah mengalami status budak, yang memiliki kedekatan dengan Allah atas dasar cinta, Rabi’ah sering dipersamakan dengan istri Nabi Ibrahim dan ibu Nabi Isma’il, Hajar. Dalam kepasrahannya kepada Allah ditengah-tengah sahara Makkah, Allah berdialog dengan perempuan bernama Hajar, lalu menganugerahinya Sumur Zam-Zam.
Rabi’ah dikenal sbagai pencetus konsep jalinan cinta mendalam antara manusia dengan Allah. Sejarah yang selalu melekat pada pribadi Rabi’ah adalah ketika dirinya berkeliling
Rabi’ah dapat dikatakan sufi pertama yang berbicara tentang kecemburuan Tuhan, yakni bahwa cinta tidak boleh tertuju selain-Nya. Konsep cinta yang mendalam kepada Allah, menurut Rabi’ah, sebagai manifestasi dari jalinan al-Qur’an (QS. 5: 54). Dalam ayat tersebut Allah menyatakan bahwa jalinan cinta bermula dari Allah kepada hamba-Nya, baru kemudian dari hamba-Nya kepada Allah. Tidak dapat disangkal, Rabi’ah telah meletakkan dasar-dasar konsep cinta sejati kepada Allah, yang lantas menjadi inspirasi bagi para sufi sepanjang masa. Untuk itu, Rabi’ah senantiasa dikenang sebagi seorang panutan dan model serta sosok seorang hamba yang mencintai Allah tanpa pamrih apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar positif dan membangun di harapkan